Pernahkah anda mendengar bahwa orang Sunda dilarang menikah dengan orang
Jawa atau sebaliknya? Ternyata hal itu hingga ini masih dipercaya oleh
sebagian masyarakat kita. Lalu apa sebabnya?
Mitos tersebut
hingga kini masih dipegang teguh beberapa gelintir orang. Tidak bahagia,
melarat, tidak langgeng dan hal yang tidak baik bakal menimpa orang
yang melanggar mitos tersebut.
Lalu mengapa orang Sunda dan Jawa
dilarang menikah dan membina rumah tangga. Tidak ada literatur yang
menuliskan tentang asal muasal mitos larang perkawinan itu. Namun mitos
itu diduga akibat dari tragedi perang Bubat.
Peristiwa Perang
Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri
Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam
Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di
Majapahit, yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa
itu, bernama Sungging Prabangkara.
Hayam Wuruk memang berniat
memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk
mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda. Atas restu dari keluarga
kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada
Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan
rencananya akan dilangsungkan di Majapahit.
Maharaja Linggabuana
lalu berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta
ditempatkan di Pesanggrahan Bubat. Raja Sunda datang ke Bubat beserta
permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit.
Menurut
Kidung Sundayana, timbul niat Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai
Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya
pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta, sebab dari berbagai kerajaan
di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda lah
yang belum dikuasai.
Dengan maksud tersebut, Gajah Mada membuat
alasan oleh untuk menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di
Pesanggrahan Bubat adalah bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada
Majapahit. Gajah Mada mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka
bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan
pengakuan superioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk
sendiri disebutkan bimbang atas permasalahan tersebut, mengingat Gajah
Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.
Versi
lain menyebut bahwa Raja Hayam Wuruk ternyata sejak kecil sudah
dijodohkan dengan adik sepupunya Putri Sekartaji atau Hindu Dewi.
Sehingga Hayam Wuruk harus menikahi Hindu Dewi sedangkan Dyah Pitaloka
hanya dianggap tanda takluk.
"Soal pernikahan itu, teori saya
tentang Gajah Mada, Gajah Mada tidak bersalah. Gajah Mada hanya
melaksanakan titah sang raja. Gajah Mada hendak menjodohkan Hayam Wuruk
dengan Diah Pitaloka. Gajah mada Ingin sekali untuk menyatukan antara
Raja Sunda dan Raja Jawa lalu bergabung. Indah sekali," tegas sejarawan
sekaligus arkeolog Universitas Indonesia (UI) Agus Aris Munandar.
Hal
ini dia sampaikan dalam seminar Borobudur Writers & Cultural
Festival 2012 bertemakan; 'Kontroversi Gajah Mada Dalam Perspektif Fiksi
dan Sejarah' di Manohara Hotel, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur,
Magelang, Jateng, Selasa (30/10).
Pihak Pajajaran tidak terima
bila kedatangannya ke Majapahit hanya menyerahkan Dyah Pitaloka sebagai
taklukan. Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan
Linggabuana dengan Gajah Mada.
Perselisihan ini diakhiri dengan
dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa
kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui
superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah
Mada tetap dalam posisi semula.
Belum lagi Hayam Wuruk memberikan
putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukan Bhayangkara ke
Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas
Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda,
Linggabuana menolak tekanan itu.
Terjadilah peperangan yang
tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar,
melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang
berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam
kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Raja Linggabuana,
para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda
di Pesanggrahan Bubat.
Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah
Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati atau bunuh diri untuk
membela kehormatan bangsa dan negaranya. Menurut tata perilaku dan
nilai-nilai kasta ksatria, tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh
para perempuan kasta tersebut jika kaum laki-lakinya telah gugur.
Perbuatan itu diharapkan dapat membela harga diri sekaligus untuk
melindungi kesucian mereka, yaitu menghadapi kemungkinan dipermalukan
karena pemerkosaan, penganiayaan, atau diperbudak.
Hayam Wuruk
pun kemudian meratapi kematian Dyah Pitaloka. Akibat peristiwa Bubat
ini, bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang.
Gajah Mada sendiri menghadapi tentangan, kecurigaan, dan kecaman dari
pihak pejabat dan bangsawan Majapahit, karena tindakannya dianggap
ceroboh dan gegabah. Mahapatih Gajah Mada dianggap terlalu berani dan
lancang dengan tidak mengindahkan keinginan dan perasaan sang Mahkota,
Raja Hayam Wuruk sendiri.
Tragedi perang Bubat juga merusak
hubungan kenegaraan antar Majapahit dan Pajajaran atau Sunda dan terus
berlangsung hingga bertahun-tahun kemudian. Hubungan Sunda-Majapahit
tidak pernah pulih seperti sedia kala.
Pangeran Niskalawastu
Kancana, adik Putri Dyah Pitaloka yang tetap tinggal di istana Kawali
dan tidak ikut ke Majapahit mengiringi keluarganya karena saat itu masih
terlalu kecil dan menjadi satu-satunya keturunan Raja yang masih hidup
dan kemudian akan naik takhta menjadi Prabu Niskalawastu Kancana.
Kebijakan
Prabu Niskalawastu Kancana antara lain memutuskan hubungan diplomatik
dengan Majapahit dan menerapkan isolasi terbatas dalam hubungan
kenegaraan antar kedua kerajaan. Akibat peristiwa ini pula, di kalangan
kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan larangan estri ti luaran
(beristri dari luar), yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari
luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh
menikah dengan pihak Majapahit. Peraturan ini kemudian ditafsirkan
lebih luas sebagai larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa.
Tindakan
keberanian dan keperwiraan Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka untuk
melakukan tindakan bela pati (berani mati) dihormati dan dimuliakan oleh
rakyat Sunda dan dianggap sebagai teladan. Raja Lingga Buana dijuluki
'Prabu Wangi' (bahasa Sunda: raja yang harum namanya) karena
kepahlawanannya membela harga diri negaranya. Keturunannya, raja-raja
Sunda kemudian dijuluki Siliwangi yang berasal dari kata Silih Wangi
yang berarti pengganti, pewaris atau penerus Prabu Wangi.
Beberapa
reaksi tersebut mencerminkan kekecewaan dan kemarahan masyarakat Sunda
kepada Majapahit, sebuah sentimen yang kemudian berkembang menjadi
semacam rasa persaingan dan permusuhan antara suku Sunda dan Jawa yang
dalam beberapa hal masih tersisa hingga kini. Antara lain, tidak seperti
kota-kota lain di Indonesia, di kota Bandung, ibu kota Jawa Barat
sekaligus pusat budaya Sunda, tidak ditemukan jalan bernama 'Gajah Mada'
atau 'Majapahit'. Meskipun Gajah Mada dianggap sebagai tokoh pahlawan
nasional Indonesia, kebanyakan rakyat Sunda menganggapnya tidak pantas
akibat tindakannya yang dianggap tidak terpuji dalam tragedi ini.
sumber : http://id.berita.yahoo.com/mitos-asal-muasal-larangan-menikah-sunda-jawa-050028273.html
Sabtu, 01 Juni 2013
CCG ( Cerita Cinta Gua) Part I
Pertama kali main ke rumahmu, hatiku sangat bergetar. Deg2an
gimana gitu. Karena akan pertama kali nembak cewek yg dari dulu aku belum
pernah melakukannya. (mungkin gua ga normal
kali ya)
Bener, cewek itu yg dulu pas waktu smp bikin aku fall in love
in the first time, but i cant to show that. (sok inggris… -_-). Awalnya, aku ga terlalu suka sama kamu,
bahkan ga suka dulunya (munaaaa… -_-) tapi semenjak sering ketemu, kita sering
tatapan muka, pandangan kita bertemu (udah
kaya ceritanya raditya dika), aku ngerasa bagaimana melihat seseorang
dengan cara pandang lain. Yap, benar itulah pandangan seseorang yg lg suka sama
orang lain (yaiyalah, masa orang gila…
-_- | udah ngapa, jangan komen mulu dah
kaya facebook lu).
Seiring berjalannya waktu, kami hamper bertemu tiap hari.
Kenapa saya bilang hampir karena dulu saya jarang berangkat sekolah (berarti ga heran kalo sekarang jarang
ngampus… -_- | brisik lu, gua timpuk
juga nih). Dan lama kelamaan,
memandangmu indah bagai melihat senja disore hari (iyalah masa malem, bego lu ya? :3 | ya salam, nih orang ngajakin berantem gua lagi cerita juga).
Akhirnya tanpa disadari dan emang aku juga udah nyangka sih,
ternyata kamu juga suka sama aku, hahahahah (jangan ke-gr-an… -_- | mending
kita berantem aja nyok?). Waktu itu, abis pulang sekolah, aku disuruh
nunggu di kelas sama temen-temen kamu, katanya kamu mau ngomong sesuatu. Eh,
ternyata kamu nembak aku, hehehehe. Masih malu-malu kamu nembak aku, itu juga
bukan kamu yang nembak aku langsung, tapi lewat temen kamu. (ngejiplak lagi gua hajar lu | enggak, gua cuma mau nanya |nanya paan? | itu beneran kisah nyata? | ggrrrrrhhhhh…
:@)
Sebenernya aku juga suka sama kamu, dan mau nerima kamu. Tapi
mungkin aku belum siap (udah kaya mau
nikah aja). Dan yang paling bikin aku ironis adalah, kenapa ga aku yang
nembak kamu, malah kamu yang nembak aku. Kurang gentle banget sih gua. (bener ini kayaknya ga normal | grrrrhhhh,,, buak
buak grak gess gbrk gyfiuegi%^&$#@%%@(“::” | diem kan lu sekarang).
Tadinya, pas aku nolak kamu itu, aku mau nembak kamu lagi aku
udah niatin, dalam hatiku, aku bakal nembak kamu seminggu kemudian biar ntar
kaya disinetron2 gitu, hehehehe (lebay,
udah kaya alay | nih bocah masih
idup aja udah gua pukulin juga, ntar abis ini bakal masuk rumah sakit lu ya).
Atau ga, selambat-lambatnya, aku bakal nembak kamu abis UN. Dan ternyata, aku
ga bisa. Aku ga cukup berani buat ngutarain perasaan yang aku rasa ini sama
kamu, mungkin karena malu, atau entah karena hal lain, aku jadi minder sendiri
sama kamu, yg padahal aku jg suka sama kamu.
Tetapi akhirnya waktu itu datang juga. Tiba juga waktunya keberanianku
muncul. Untuk beberapa saat aku sempet bingung lan keder, karena gimana aku
ngutarainnya? Sementara kemaren dia udah nembak aku, jelas aku tolak. Mungkin
sekarang dia udah benci sama aku. Antara semua pikiran itu, entah angin
berhembus dari mana (mungkin dari bawah),
bahwa ada yg bilang kamu udah jadian sama seseorang masih satu kelas jg sama
kita. Dan pada saat itulah aku tahu, bahwa mungkin aku akan selamanya jadi
pengecut, selamanya jadi ayam takut untuk ngutarain rasa ke seorang cewek,
terutama kamu. Dan satu hal lagi yg aku pikirin bahwa, mungkin aku udah ga
bakal bisa deket, dan jadian sama kamu lagi karena kamu udah sama seseorang
itu.
Ceritanya disambung ya, biar penasaran….. Hehehehe (mana tadi tuh orang yg jiplak mulu pas gua
cerita???)
Biografi Sang Pemimpi
Biografi Andrea Hirata - Biografi Pengarang Buku
Nama Lengkap: Andrea Hirata Seman Said Harun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Agama: Islam
Tanggal Lahir: Belitong, 24 Oktober
Nama Andrea Hirata Seman
Said Harun melejit seiring kesuksesan novel pertamanya, LASKAR PELANGI.
Pria yang berulang tahun setiap 24 Oktober ini semakin terkenal kala
novel pertamanya yang jadi best seller diangkat ke layar lebar oleh duo
sineas Riri Riza dan Mira Lesmana.
Selain
LASKAR PELANGI, lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia ini juga
menulis SANG PEMIMPI dan EDENSOR, serta MARYAMAH KARPOV. Keempat novel
tersebut tergabung dalam tetralogi.
Setelah menyelesaikan studi S1
di UI, pria yang kini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom ini
mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Université
de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United
Kingdom.
Tesis Andrea di bidang
ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas
tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam
Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama
yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai
referensi Ilmiah.
Penulis Indonesia yang berasal
dari Pulau Belitong, Provinsi Bangka Belitung ini masih hidup melajang
hingga sekarang.Status lajang yang disandang oleh Andrea sempat memicu
kabar tak sedap. Karena pada bulan November 2008, muncul pengakuan dari
seorang perempuan, Roxana yang mengaku sebagai mantan istrinya.
Akhirnya terungkap bahwa Andrea
memang pernah menikah dengan Roxana pada 5 Juli 1998, namun telah
dibatalkan pada tahun 2000. Alasan Andrea melakukan pembatalan ini
karena Roxana menikah saat dirinya masih berstatus istri orang lain.
Sukses dengan novel tetralogi,
Andrea merambah dunia film. Novelnya yang pertama, telah diangkat ke
layar lebar, dengan judul sama, LASKAR PELANGI pada 2008. Dengan
menggandeng Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana pada produser,
film ini menjadi film yang paling fenomenal di 2008. Dan jelang akhir
tahun 2009, Andrea bersama Miles Films dan Mizan Production kembali
merilis sekuelnya, SANG PEMIMPI.
Sumber: kapanlagi.com dan http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/02/biografi-andrea-hirata-biografi.html
Biografi Sang Motivator
Biografi Mario Teguh - Biografi Sang Motivator
Posted by Biografi | Profil | Biodata
Friday, 22 January 2010
3
comments
Biografi Mario Teguh, Profil Mario Teguh dan Biodata Mario Teguh
Biografi Mario Teguh - Biografi Sang Motivator
Biografi Mario Teguh - Biografi Sang Motivator
Mario Teguh lahir di Makassar, 5
Maret 1956 merupakan seorang motivator dan konsultan asal Indonesia.
Nama aslinya adalah Sis Maryono Teguh, namun saat tampil di depan
publik, ia menggunakan nama Mario Teguh. Ia meraih gelar Sarjana
Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang.
Mario Teguh sempat bekerja di Citibank, kemudian mendirikan Bussiness
Effectiveness Consultant Mario Teguh Super Club (MTSC) dan ia menjabat
sebagai CEO (Chief Executive Officer).
Karier Mario Teguh:
Namanya
mulai dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario
Teguh Golden Ways di Metro TV. Kemudian disusul pula acara serupa
bertajuk Business Art di O'Channel. Pada saat ini Mario Teguh dikenal
sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia.
Pendidikan
* New Trier West High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975.
* Jurusan Linguistik dan Pelajaran Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (S-1).
* Jurusan Interaksi Bisnis, Sophia University, Tokyo, Jepang.
* Indiana University, Amerika Serikat, 1983.
sumber : http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-mario-teguh-biografi-sang.html
Biografi Sang Kyai Presiden
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Dia belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.
Gus Dur juga diajarkan membaca buku non Islam, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Pada April 1953, ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Pendidikannya berlanjut pada 1954 di Sekolah Menengah Pertama dan tidak naik kelas, tetapi bukan karena persoalan intelektual. Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.
Pada 1957, setelah lulus SMP, dia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun).
Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya.
Pada 1963, Wahid menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, namun tidak menyelesaikannya karena kekritisan pikirannya.
Gus Dur lalu belajar di Universitas Baghdad. Meskipun awalnya lalai, Gus Dur bisa menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970.
Dia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang diakui di sini. Gus Dur lalu pergi ke Jerman dan Prancis sebelum kembali ke Indonesia pada 1971.
Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.
LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.
Saat inilah dia memprihatinkan kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat.
Dia kemudian batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.
Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk Tempo dan Kompas. Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.
Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, sehingga dia harus pulang-pergi Jakarta dan Jombang.
Pada 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas. Satu tahun kemudian, Gus Dur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.
Pada 1977, dia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi.
Ia lalu diminta berperan aktif menjalankan NU dan ditolaknya. Namun, Gus Dur akhirnya menerima setelah kakeknya, Bisri Syansuri, membujuknya. Karena mengambil pekerjaan ini, Gus Dur juga memilih pindah dari Jombang ke Jakarta.
Abdurrahman Wahid mendapat pengalaman politik pertamanya pada pemilihan umum legislatif 1982, saat berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), gabungan empat partai Islam termasuk NU.
Reformasi NU
NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Pada 2 Mei 1982, para pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan memintanya mengundurkan diri. Namun, pada 6 Mei 1982, Gus Dur menyebut pilihan Idham untuk mundur tidak konstitusionil. Gus Dur mengimbau Idham tidak mundur.
Pada 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu ini.
Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai politik agar NU fokus pada masalah sosial.
Pada Musyawarah Nasional NU 1984, Gus Dur dinominasikan sebagai ketua PBNU dan dia menerimanya dengan syarat mendapat wewenang penuh untuk memilih pengurus yang akan bekerja di bawahnya.
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai pemerintah. Pada 1987, dia mempertahankan dukungan kepada rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar.
Ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap mengkritik pemerintah, diantaranya proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Ini merenggangkan hubungannya dengan pemerintah dan Suharto.
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga menandingi sekolah sekular.
Gus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua PBNU pada Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati Muslim.
Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati intelektual muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai BJ Habibie. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi ditolaknya karena dianggap sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat.
Bahkan pada 1991, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta anggota NU.
Soeharto menghalangi acara tersebut dengan memerintahkan polisi mengusir bus berisi anggota NU begitu tiba di Jakarta. Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan diri untuk masa jabatan ketiga. Kali ini Soeharto menentangnya. Para pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko, berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur.
Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat ABRI, selain usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU priode berikutnya.
Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang popularitasnya tinggi berencana tetap menekan Soeharto.
Gus Dur menasehati Megawati untuk berhati-hati, tapi Megawati mengacuhkannya sampai dia harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markasnya diambilalih pendukung Ketua PDI dukungan pemerintah, Soerjadi.
Pada November 1996, Gus Dur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU. Desember tahun itu juga dia bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Juli 1997 merupakan awal krisis moneter dimana Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi itu. Gus Dur didorong melakukan gerakan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun terkena stroke pada Januari 1998.
Pada 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama delapan pemimpin komunitas Muslim, dipanggil Soeharto yang memberikan konsep Komite Reformasi usulannya. Gus Dur dan delapan orang itu menolak bergabung dengan Komite Reformasi.
Amien, yang merupakan oposisi Soeharto paling kritis saat itu, tidak menyukai pandangan moderat Gus Dur terhadap Soeharto. Namun, Soeharto kemudian mundur pada 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto. Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah lahirnya partai politik baru, dan pada Juni 1998, komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru.
Baru pada Juli 1998 Gus Dur menanggapi ide itu karena mendirikan partai politik adalah satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Partai itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat presidennya.
Pemilu April 1999, PKB memenangkan 12% suara dengan PDIP memenangkan 33% suara. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.
Semasa pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial serta menjadi pemimpin pertama yang memberikan Aceh referendum untuk menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti di Timor Timur. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai bernegosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
Ia juga berusaha membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sementara dia juga menjadi tokoh pertama yang mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik. Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya.
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri.
Pada Pemilu April 2004, PKB memperoleh 10.6% suara dan memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis dan KPU menolak memasukannya sebagai kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Di Pilpres putaran dua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur golput.
Agustus 2005, Gus Dur, dalam Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu bersama Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama dalam soal pencabutan subsidi BBM.
Kehidupan pribadi
Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zanubba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.
Yenny aktif berpolitik di PKB dan saat ini adalah Direktur The Wahid Institute.
Gus Dur wafat, hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, diantarnya jantung dan gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.
Sebelum wafat dia harus menjalani cuci darah rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Surabaya usai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.
Penghargaan
Pada 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, penghargaan cukup prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial.
Dia ditahbiskan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada 10 Maret 2004.
Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.
Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli persoalan HAM.
Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas.
Dia juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.
Gus Dur memperoleh banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan, yaitu:
- Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)
- Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)
- Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
- Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)
- Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000)
- Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
- Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)
- Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)
- Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)
- Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)
sumber : http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-abdurrahman-wahid-biografi.html
Biografi Sang Perancang Pesawat Terbang dari Indonesia
Biografi Bapak B.J Habibie - Biografi Presiden
B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 . Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula orang yang tak setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari Pemerintah China.
Ketika dia mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan didaulat menjadi Ketua Umum, misalnya, sebagai antitesa berdiri pula Forum Demokrasi (Fordem) pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang populis dan egaliter serta inklusif. ICMI, yang dalam perjalanan selanjutnya praktis menjadi kekuatan politik Habibie, oleh Gus Dur dituding sebagai sektarian karena itu kurang bagus untuk masa depan sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.
Ketika pada 10 Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250 “Gatotkoco” kelas commuter asli buatan dan desain putra-putra terbaik bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia), dia diserang pelaku ekonomi lain bahwa yang dibutuhkan rakyat Indonesia adalah beras bukan “mainan” pesawat terbang.
Pemikiran ekonomi makro Habibie yang terkenal dengan Habibienomics, dihadirkan oleh lingkarannya sebagai counter pemikiran lain seperti Widjojonomics (yang sesungguhnya merupakan Soehartonomic). Ketika Habibie berhasil melakukan imbal-beli pesawat terbang “Tetuko” CN-235 dengan beras ketan itam Thailand, dia diledekin, pesawat terbangnya hanya sekelas ketan itam.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, satu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah payah oleh rezim Soeharto. Siapapun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Timor Timur, sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggul mutlak.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor-Timur (Tim-Tim), asatu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah-payah oleh Rezim Soeharto. Siapaun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Tim-Tim. Sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggulk merdeka.
Masalah Tim-Tim, salah-satu yang dianggap menjadi penyebab penolakan pidato pertanggungjawaban Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu 1999. Pemilu terbaik paling demokratis setelah Pemilu tahun 1955. penolakan ini membuat BJ, Habibie tidak bersedia maju sebagai kandidat calon presiden (Capres).
Kjetika Habibie menjabat presiden hampir tidak ada hari tanpa demontrasi. Demontrasi itu mendesak Habibie merepon tuntutan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti kebebasan pers, kebebasan berpolitik, kebebasan rekrutmen politik, kebebasan berserikat dan mendirikan partai politik, mebebasan berusaha, dan berbagai kebebasan lainnya. Namun kendati Habibie merespon tuntutan reformasi itu, tetap saja pemerintahannya dianggap merupakan kelanjutan Orde Baru . Pemerintahannya yang berusia 518 hari hanya dianggap sebagai pemerintahan transisi.
Keinginan Habibi mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah dimulainya di Industri pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dengan menjalankan program evolusi empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat “berawal dari akhir dan berakhir diawal.”
Empat tahapan alih tehnologi itu, pertama, memproduksi pesawat terbang berdasarkan lisensi ituh dari industri pesawat terbang lain, hasilnya adalah NC 212 lisensi dari CASA Spanyol. Kedua, memproduksi pesawat terbang secara bersama- sama, hasilnya adalah “Tetuko” CN-235 berkapasitas 30-35 penumpang yang merupakan produksi kerjasama antara aqual antara IPTN dengan Casa Spanyol.
Ketiga, mengintegrasikan seluruh tehnologi dan sistem konstruksi pesawat terbang yang paling mutakhir yang ada di dunia menjadi sesuatu yang sama sekali didesain baru, hasilnya adalah “Gatotkoco” N-250 berkapasitas 50-60 pemumpang yang dikembangkan dengan teknologi fly-by-wire.
Keempat, memproduksi pesawat terbang berdasarkan hasil riset kembali dari awal, yang diproyeksikan bernama N 2130 berkapasitas 130 penumpang dengan biaya pengembangan diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.
Empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari akhir dan berakhir di awal,” memang sukar dipahami pikiran awam. Habibie dianggap hanyut dengan angan-angan teknologinya yang tidak memenuhi kebutuhan dasar tehnologi Indonesia, yang ternyata nenbuat sepeda saja secara utuh belum sampai.
Pemerintah orde baru sangat memanjakan program empat tahapan alih tehnologi Habibie dengan menempatkan berbagai proyeknya sebagai industri strategis yang menyedot banyak dana. Satu diantaranya, yang paling spetakuler, adalah IPTN, yang memerlukan subsidi.
Ketika masa reformasi, IMF mencantumkan dalam LOI (Letter Of Intent), bahwa pemerintah Indonesia tidak boleh lagi memberikan subsidi kepada IPTN, (Perusahaan ini kemudian menjadi IPTD). Otomatis perusahaan yang sudah menyusun program produksi baru, terpaksa merumahkan dan mem-PHK- 6000 karyawannya.
Lalu, dalam kesempatan deklarasi pendirian Masyarakat Ilmuwan dan Tehnologi Indonesia (MITI), Habibie menyebut hancurnya IPTN adalah ulah IMF yang menghambat Pemerintah RI membantu pengembangan pesawat terbang dengan mencantumkan klausal pencabutan subsidi dalam Letter Of Intent.
Biodata Lengkap Bapak Habibie:
Nama:Prof. Dr.Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie
Lahir:Pare-Pare, 25 Juni 1936
Agama:Islam
Jabatan :
Presiden RI Ketiga (1998-1999)
Pendiri dan Ketua Dewan Pembina The Habibie Center
Istri: dr. Hasri Ainun Habibie (Menikah 12 Mei 1962)
Anak:
Ilham Akbar dan Thareq Kemal
Cucu:
Empat orang
Ayah:Alwi Abdul Jalil Habibie
Ibu:
R.A. Tuti Marini Puspowardoyo
Jumlah Saudara:
Anak Keempat dari Delapan Bersaudara
Pendidikan :
1. ITB Bandung, tahun 1954
2. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar Diplom-Ingenieur, predikat Cum laude pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1955-1960).
3. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar doktor konstruksi pesawat terbang, predikat Summa Cum laude, pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1960-1965).
4. Menyampaikan pidato pengukuhan gelar profesor tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung, pada tahun 1977.
Pekerjaan :
1. Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg, Jerman antara tahun 1965-1969.
2. Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Komersial dan Angkut Militer MBB Gmbh, di Hamburg dan Munchen antara 1969-19973
3. Wakil Presiden dan Direktur Teknologi pada MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen tahun 1973-1978
4. Penasehat Senior Teknologi pada Dewan Direksi MBB tahun 1978.
5. Pulang ke Indonesia dan memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina, yang merupakan cikal bakal BPPT, tahun 1974-1978.
6. Penasehat Pemerintah Indonesia di Bidang Pengembangan Teknologi dan Pesawat Terbang, bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tahun 1974-1978.
7. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998.
8. Wakil Presiden R.I. pada 11 Maret 1998-21 Mei 1998.
9. Presiden RI 21 Mei 1998-20 Oktober 1999.
Organisasi:
Pendiri dan Ketua Umum ICMI
Penghargaan:
Theodore van Karman Award
Sumber::
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/habibie-bj/biografi/index.shtml dan http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/03/biografi-bapak-habibie-biografi.html
B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 . Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula orang yang tak setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari Pemerintah China.
Ketika dia mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan didaulat menjadi Ketua Umum, misalnya, sebagai antitesa berdiri pula Forum Demokrasi (Fordem) pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang populis dan egaliter serta inklusif. ICMI, yang dalam perjalanan selanjutnya praktis menjadi kekuatan politik Habibie, oleh Gus Dur dituding sebagai sektarian karena itu kurang bagus untuk masa depan sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.
Ketika pada 10 Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250 “Gatotkoco” kelas commuter asli buatan dan desain putra-putra terbaik bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia), dia diserang pelaku ekonomi lain bahwa yang dibutuhkan rakyat Indonesia adalah beras bukan “mainan” pesawat terbang.
Pemikiran ekonomi makro Habibie yang terkenal dengan Habibienomics, dihadirkan oleh lingkarannya sebagai counter pemikiran lain seperti Widjojonomics (yang sesungguhnya merupakan Soehartonomic). Ketika Habibie berhasil melakukan imbal-beli pesawat terbang “Tetuko” CN-235 dengan beras ketan itam Thailand, dia diledekin, pesawat terbangnya hanya sekelas ketan itam.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, satu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah payah oleh rezim Soeharto. Siapapun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Timor Timur, sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggul mutlak.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor-Timur (Tim-Tim), asatu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah-payah oleh Rezim Soeharto. Siapaun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Tim-Tim. Sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggulk merdeka.
Masalah Tim-Tim, salah-satu yang dianggap menjadi penyebab penolakan pidato pertanggungjawaban Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu 1999. Pemilu terbaik paling demokratis setelah Pemilu tahun 1955. penolakan ini membuat BJ, Habibie tidak bersedia maju sebagai kandidat calon presiden (Capres).
Kjetika Habibie menjabat presiden hampir tidak ada hari tanpa demontrasi. Demontrasi itu mendesak Habibie merepon tuntutan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti kebebasan pers, kebebasan berpolitik, kebebasan rekrutmen politik, kebebasan berserikat dan mendirikan partai politik, mebebasan berusaha, dan berbagai kebebasan lainnya. Namun kendati Habibie merespon tuntutan reformasi itu, tetap saja pemerintahannya dianggap merupakan kelanjutan Orde Baru . Pemerintahannya yang berusia 518 hari hanya dianggap sebagai pemerintahan transisi.
Keinginan Habibi mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah dimulainya di Industri pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dengan menjalankan program evolusi empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat “berawal dari akhir dan berakhir diawal.”
Empat tahapan alih tehnologi itu, pertama, memproduksi pesawat terbang berdasarkan lisensi ituh dari industri pesawat terbang lain, hasilnya adalah NC 212 lisensi dari CASA Spanyol. Kedua, memproduksi pesawat terbang secara bersama- sama, hasilnya adalah “Tetuko” CN-235 berkapasitas 30-35 penumpang yang merupakan produksi kerjasama antara aqual antara IPTN dengan Casa Spanyol.
Ketiga, mengintegrasikan seluruh tehnologi dan sistem konstruksi pesawat terbang yang paling mutakhir yang ada di dunia menjadi sesuatu yang sama sekali didesain baru, hasilnya adalah “Gatotkoco” N-250 berkapasitas 50-60 pemumpang yang dikembangkan dengan teknologi fly-by-wire.
Keempat, memproduksi pesawat terbang berdasarkan hasil riset kembali dari awal, yang diproyeksikan bernama N 2130 berkapasitas 130 penumpang dengan biaya pengembangan diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.
Empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari akhir dan berakhir di awal,” memang sukar dipahami pikiran awam. Habibie dianggap hanyut dengan angan-angan teknologinya yang tidak memenuhi kebutuhan dasar tehnologi Indonesia, yang ternyata nenbuat sepeda saja secara utuh belum sampai.
Pemerintah orde baru sangat memanjakan program empat tahapan alih tehnologi Habibie dengan menempatkan berbagai proyeknya sebagai industri strategis yang menyedot banyak dana. Satu diantaranya, yang paling spetakuler, adalah IPTN, yang memerlukan subsidi.
Ketika masa reformasi, IMF mencantumkan dalam LOI (Letter Of Intent), bahwa pemerintah Indonesia tidak boleh lagi memberikan subsidi kepada IPTN, (Perusahaan ini kemudian menjadi IPTD). Otomatis perusahaan yang sudah menyusun program produksi baru, terpaksa merumahkan dan mem-PHK- 6000 karyawannya.
Lalu, dalam kesempatan deklarasi pendirian Masyarakat Ilmuwan dan Tehnologi Indonesia (MITI), Habibie menyebut hancurnya IPTN adalah ulah IMF yang menghambat Pemerintah RI membantu pengembangan pesawat terbang dengan mencantumkan klausal pencabutan subsidi dalam Letter Of Intent.
Biodata Lengkap Bapak Habibie:
Nama:Prof. Dr.Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie
Lahir:Pare-Pare, 25 Juni 1936
Agama:Islam
Jabatan :
Presiden RI Ketiga (1998-1999)
Pendiri dan Ketua Dewan Pembina The Habibie Center
Istri: dr. Hasri Ainun Habibie (Menikah 12 Mei 1962)
Anak:
Ilham Akbar dan Thareq Kemal
Cucu:
Empat orang
Ayah:Alwi Abdul Jalil Habibie
Ibu:
R.A. Tuti Marini Puspowardoyo
Jumlah Saudara:
Anak Keempat dari Delapan Bersaudara
Pendidikan :
1. ITB Bandung, tahun 1954
2. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar Diplom-Ingenieur, predikat Cum laude pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1955-1960).
3. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar doktor konstruksi pesawat terbang, predikat Summa Cum laude, pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1960-1965).
4. Menyampaikan pidato pengukuhan gelar profesor tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung, pada tahun 1977.
Pekerjaan :
1. Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg, Jerman antara tahun 1965-1969.
2. Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Komersial dan Angkut Militer MBB Gmbh, di Hamburg dan Munchen antara 1969-19973
3. Wakil Presiden dan Direktur Teknologi pada MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen tahun 1973-1978
4. Penasehat Senior Teknologi pada Dewan Direksi MBB tahun 1978.
5. Pulang ke Indonesia dan memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina, yang merupakan cikal bakal BPPT, tahun 1974-1978.
6. Penasehat Pemerintah Indonesia di Bidang Pengembangan Teknologi dan Pesawat Terbang, bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tahun 1974-1978.
7. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998.
8. Wakil Presiden R.I. pada 11 Maret 1998-21 Mei 1998.
9. Presiden RI 21 Mei 1998-20 Oktober 1999.
Organisasi:
Pendiri dan Ketua Umum ICMI
Penghargaan:
Theodore van Karman Award
Sumber::
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/habibie-bj/biografi/index.shtml dan http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/03/biografi-bapak-habibie-biografi.html
Biogrfi yang empunya Sampoerna
Biografi Putera Sampoerna - Biografi Pengusaha
Posted by Biografi | Profil | Biodata
Monday, 18 January 2010
1
comments
Biografi Putera Sampoerna - Pemilik PT Sampoerna
Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Sehingga pantas saja Warta Ekonomi menobatkan putra Liem Swie Ling (Aga Sampoerna) ini sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya, majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40 Richest 2004.
Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok Sampoerna. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.
Kemudian, pada tahun 2000, Putera mengestafetkan kepemimpinan operasional perusahaan (presiden direktur) kepada anaknya, Michael Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, sampai saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah go public itu dijual kepada Philip Morris International, Maret 2005, senilai Rp18,5 triliun.
Pria penggemar angka sembilan, lulusan Diocesan Boys School, Hong Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston, Texas, AS, itu sebelum memimpin PT HM Sampoerna, lebih dulu berkiprah di sebuah perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia. Kala itu, dia bermukim di Singapura bersama isteri tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa warga Amerika Serikat.
Dia mulai bergabung dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980. Enam tahun kemudian, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna sebagai CEO (chief executive officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.
Namun ruh kepemimpinan masih saja melekat pada ayahnya. Baru setelah ayahnya meninggal pada 1994, Putera benar-benar mengaktualisasikan kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun merekrut profesional dalam negeri dan mancanegara untuk mendampinginya mengembangkan dan menggenjot kinerja perusahaan.
Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional dengan dukungan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna berhasil mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif.
Tidak hanya gemilang dalam melakukan inovasi produk inti bisnisnya, yakni rokok, namun juga berhasil mengespansi peluang bisnis di segmen usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan sempat mendirikan Bank Sampoerna akhir 1980-an.
Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air, yakni rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an, itu Putera Sampoerna dengan kreatif mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild. Kala itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok rendah nikotin dan “taste to the future”, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya.
Dia memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan. Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Langkahnya yang paling sensasional sepanjang sejarah sejak HM Sampoerna berdiri 1913 adalah keputusannya menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke Philip Morris International, Maret 2005.
Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja HM Sampoerna kala itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Dalam posisi ketiga perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, setelah Gudang Garam dan Djarum.
Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah berumur lebih dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul di tengah pelaku bisnis dan publik kala itu.
Belakangan publik memahami visi Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi Majalah Warta Ekonomi ini ((Warta Ekonomi 28 Desember 2005). Dia melihat masa depan industri rokok di Indonesia akan makin sulit berkembang. Dia pun ingin menjemput pasar masa depan yang hanya dapat diraihnya dengan langkah kriatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner dia mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur.
Hal ini terungkap dari langkah-langkahnya setelah enam bulan melepas saham di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang kepercayaan Putera: “Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.”
Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna Strategic dia sempat berniat mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun untuk sementara dia menolak melanjutkan negosiasi transaksi lantaran persyaratan yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak sepadan. Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol, jika faktor birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif.
Biodata
Nama : Putera Sampoerna
Lahir : Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947
Isteri: Katie
Anak: Michael Sampoerna
Ayah: Aga Sampoerna (Liem Swie Ling)
Kakek: Liem Seeng Tee
Pekerjaan
- CEO PT Sampoerna Strategic
- Presiden Komisaris PT HM Sampoerna
Pendidikan
- Diocesan Boys School, Hong Kong
- Carey Grammar High School, Melbourne
- University of Houston, Texas, AS
sumber : http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-putera-sampoerna-biografi.html
biografi iwan fals
Nama Lengkap: Virgiawan Listanto
Nama Populer: Iwan Fals
Tanggal Lahir: 3 September 1961
Tanggal Lahir: 3 September 1961
Tempat Lahir: Jakarta, Indonesia
Pekerjaan: Penyanyi, Penulis lagu, Musisi, Produsen
Genre: balada dan country
Instrumen: Vokal, Gitar
Pekerjaan: Penyanyi, Penulis lagu, Musisi, Produsen
Genre: balada dan country
Instrumen: Vokal, Gitar
Virgiawan Listanto atau yang
lebih dikenal dengan nama Iwan Fals lahir pada tanggal 3 September 1961
di Ibukota Jakarta. Beliau merupakan musisi beraliran balada dan
country. Berkat lagu-lagunya yang konsisten mengangkat persoalan sosial
dan meneropong kaum pinggiran yang dekat dengannya, bermakna kritik yang
berdampak 'cekal' baginya di masa Orde Baru membuat Bung Iwan menjadi
legenda hidup bangsa ini.
Iwan
Fals lahir dari pasangan Lies (ibu) dan ayah Haryoso almarhum (kolonel
Anumerta). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang
Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu
Robbani.
Bung Iwan menghabiskan masa
kecilnya di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi
selama 8 bulan. Bakat musik yang dimiliki Bung Iwan makin terasah ketika
ia berusia 13 tahun, di mana Bung Iwan banyak menghabiskan waktunya
dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda
bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta
lagu.
Kisah perjalanan musisi Iwan
Fals di Jakarta, bermula dari ajakan seorang produser. Ia lalu menjual
sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama
bersama rekan-rekannya, tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut
gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen.
Bersama label musik Musica,
barulah lagu-lagu Bung Iwan digarap lebih serius, akhirnya lagu-lagu
dalam Album Sarjana Muda sukses dipasaran.
Album-album karya Iwan Fals
antara lain: Canda Dalam Nada (1979), Canda Dalam Ronda (1979),
Perjalanan (1979), 3 Bulan (1980), Sarjana Muda (1981), Opini (1982),
Sumbang (1983), Barang Antik (1984), Sugali (1984), KPJ (Kelompok
Penyanyi Jalanan) (1985), Sore Tugu Pancoran (1985), Aku Sayang Kamu
(1986), Ethiopia (1986), Lancar (1987), Wakil Rakyat (1988), 1910
(1988), Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988), Mata Dewa (1989),
Swami I (1989), Kantata Takwa (1990), Cikal (1991), Swami II (1991),
Belum Ada Judul (1992), Hijau (1992), Dalbo (1993), Anak Wayang (1994),
Orang Gila (1994), Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996), Kantata
Samsara (1998), Best Of The Best (2000), Suara Hati (2002), In
Collaboration with (2003), Manusia Setengah Dewa (2004), Iwan Fals in
Love (2005), 50:50 (2007), Untukmu Terkasih (2009) - mini album,
Keseimbangan - Iwan Fals (2010).
sumber : http://gudang-biografi.blogspot.com/2011/02/biografi-iwan-fals.html
Biografi Sang Pencerah
Biografi K.H. Ahmad Dahlan : Pendiri Muhammadiyah
Kiai kharismatik ini adalah pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi
Islam modern di tanah air. K.H. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada 1
Agustus 1868. Ayahnya bernama K.H.Abu Bakar, seorang ulama dan khatib
terkemuka di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta.
Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia anak keempat
dari tujuh orang bersaudara. Ia termasuk keturunan kedua belas dari
Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar di antara Wali Songo.
Pada usia 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekkah selama lima
tahun. Pada periode ini, ia mulai berinteraksi dengan
pemikiran-pemikiran pembaharu Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani,
Rasyid Ridho, dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke Indonesia
pada 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada 1903, ia kembali ke Mekkah. Ia menetap di sana selama dua tahun.
Saat itu, ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib, yang juga guru
dari pendiri NU, K.H. Hasyim Asy'ari.
Sepulang dari Mekkah, ia menikahi Siti Walidah, anak Kiai Penghulu H.
Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang pendiri
Aisyiyah. Dari perkawinannya, K.H. Ahmad Dahlan mempunyai enam orang
anak.
Di samping aktif dalam menuangkan gagasan tentang gerakan dakwah
Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup
berhasil. Ia termasuk orang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan
mempunyai gagasan-gagasan cemerlang. Oleh karena itu, ia dengan mudah
diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat. Bahkan, ia dengan
cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo,
Syarikat Islam, dan Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Pada 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta.
Ia mendirikan Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan
Islam di bumi nusantara. Ia juga ingin mengadakan pembaharuan dalam cara
berpikir dan beramal menurut tuntunan Islam. Ia ingin mengajak umat
Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Alquran dan hadits.
Sejak awal, ia telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi
politik. Muhammadiyah adalah organisasi sosial dan bergerak di bidang
pendidikan. Gagasan pendirian Muhammadiyah ini mendapatkan
pertentangan, baik dari keluarga maupun dari masyarakat. Berbagai
fitnah, dan hasutan datang bertubi-tubi kepada Ahmad Dahlan. Ia dituduh
hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Bahkan, ada
yang menuduhnya sebagai kiai palsu. Namun, semua rintangan itu ia hadapi
dengan sabar.
Pada 20 Desember 1912, ia mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia
Belanda untuk mendapatkan status badan hukum. Namun, permohonan itu
baru dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1914. Izin itu pun
hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta.
Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir dengan perkembangan organisasi
ini. Itulah sebabnya kegiatan organisasi dibatasi oleh pemerintah
Hindia Belanda. Namun walaupun dibatasi, perkembangan Muhammadiyah di
daerah lain, seperti Srandakan, Wonosari, dan Imogiri berkembang cukup
pesat. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. K.H. Ahmad Dahlan kemudian mengusulkan agar cabang Muhammadiyah
di luar Yogyakarta menggunakan nama lain. Misalnya, Nurul Islam di
Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, dan perkumpulan Sidiq Amanah
Tabligh Fathonah (SATF) di Solo.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh K.H. Ahmad Dahlan
dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota. Selain itu, juga melalui
rekanan-rekanan dagang Ahmad Dahlan. Gagasan ini ternyata mendapat
sambutan yang besar dari masyarakat Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai
daerah, menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah pun
makin berkembang hampir di seluruh Indonesia.
Pada 7 Mei 1921, ia mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia
Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh
Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
2 September 1921. Atas jasa-jasanya, pemerintah RI menetapkan Ahmad
Dahlan sebagai Pahlawan Nasional. Kiai kharismatik ini wafat di
Yogyakarta, pada 23 Februari 1923.
sumber : http://serunaihati.blogspot.com/2012/11/biografi-kh-ahmad-dahlan-pendiri.html
Biografi Dahlan Iskan
Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan. Orangtuanya lupa tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal 17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.
Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.
Pada reshuffle Kabinet Indonesia
Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat sebagai Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar pada tanggal 18 Oktober 2011.
Biodata Dahlan Iskan
Biodata Dahlan Iskan
Nama: Dahlan Iskan
Lahir: Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951
Jabatan: Menteri BUMN 19 Oktober - sekarang, Chairman Jawa Pos Grup, 2000 - sekarang.
Istri: Nafsiah Sabri
Anak: Azrul Ananda, Isna Fitriana
Agama: Islam
Pendidikan: Fakultas Hukum IAIN Sunan Ampel, Minout Indonesia LPPM (1979), FINNON LPPM (1980).
Karier:
1).Wartawan majalah Tempo (1976)
2).Pemimpin surat kabar Jawa Pos sejak 1982
3).Komisaris PT.Fangbian Iskan Corporindo (FIC) 2009
4).Direktur Utama Perusda PT. PWU Jatim Group (2000)
5).Komisaris pabrik kertas Adiprima Suraprinta
6).Komisaris Power Plant PT. Prima Elektrik Power di Surabaya
7).Direktur Utama Power Plant PT.Cahaya Fajar Kaltim
8).Komisaris Kaltim Elektrik Power
9).Ketua Umum Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) se-Indonesia
10).CEO Jawa Pos Group, 2000
11).Direktur Utama PLN 23 Desember 2009 - 19 Oktober 2011
12).Menteri BUMN, 19 Oktober - s
1).Wartawan majalah Tempo (1976)
2).Pemimpin surat kabar Jawa Pos sejak 1982
3).Komisaris PT.Fangbian Iskan Corporindo (FIC) 2009
4).Direktur Utama Perusda PT. PWU Jatim Group (2000)
5).Komisaris pabrik kertas Adiprima Suraprinta
6).Komisaris Power Plant PT. Prima Elektrik Power di Surabaya
7).Direktur Utama Power Plant PT.Cahaya Fajar Kaltim
8).Komisaris Kaltim Elektrik Power
9).Ketua Umum Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) se-Indonesia
10).CEO Jawa Pos Group, 2000
11).Direktur Utama PLN 23 Desember 2009 - 19 Oktober 2011
12).Menteri BUMN, 19 Oktober - s
sumber : http://gudang-biografi.blogspot.com/2011/10/biografi-dahlan-iskan.html
Biografi Sang Kiai
Biografi KH Hasyim Asy'ari
Nama Lengkap: KH Hasyim Asy'ari
Tanggal Lahir: 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H)
Tempat Lahir : Demak, Jawa Tengah
Wafat: Jombang, Jawa Timur, 7 September 1947
Ayah: Kiai Asyari
Ibu: Halimah
Istri:
Nyai Nafiqoh
Nyai Masruroh
Anak:
Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hakim (Abdul Kholiq), Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf, Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah, Muhammad Ya’kub.
Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hakim (Abdul Kholiq), Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf, Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah, Muhammad Ya’kub.
KH Hasyim Asy'ari lahir pada
tanggal 10 April 1875 di Demak, Jawa Tengah. Beliau merupakan pendiri
pondok pesantren Tebu Ireng dan juga perintas salah satu organisasi
kemasyarakatan terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Beliau
juga dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain
mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga mengajar para santri membaca
buku-buku pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.
Semenjak kecil hingga berusia
empat belas tahun, KH Hasyim Asy'ari mendapat pendidikan langsung dari
ayah dan kakeknya, Kiai Asyari dan Kyai Utsman. Hasratnya yang besar
untuk menuntut ilmu mendorongnya belajar lebih giat dan rajin. Hasilnya,
ia diberi kesempatan oleh ayahnya untuk membantu mengajar di pesantren
karena kepandaian yang dimilikinya.
Karena Hasrat tak puas akan ilmu
yang dimilikinya, Beliaupun belajar dari pesantren ke pesantren lain.
Mulai menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren
Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis (Semarang), dan Pesantren
Siwalan, Panji (Sidoarjo). Di pesantren Siwalan ia belajar pada Kyai
Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu.
Di tahun 1892, KH Hasyim Asy'ari
menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di Mekah. Di sana ia berguru
pada Syeh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi, gurunya di bidang
hadis. Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor,
Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kiai
Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi
pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Sejak tahun
1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren Tebu Ireng, menjadi
pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional.
Dalam perjalanan pulang ke tanah
air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke
Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di
Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa
pada abad 20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan
Pesantren Tebu Ireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam
tradisional.
Dalam pesantren itu bukan hanya
ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum. Para santri
belajar membaca huruf latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi
pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato. Cara yang dilakukannya
itu mendapat reaksi masyarakat sebab dianggap bidat. Ia dikecam, tetapi
tidak mundur dari pendiriannya. Baginya, mengajarkan agama berarti
memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk
terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Kiai
Hasyim Asy'ari.
Meski mendapat kecaman,
pesantren Tebuireng menjadi masyur ketika para santri angkatan
pertamanya berhasil mengembangkan pesantren di berbagai daerah dan juga
menjadi besar.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama
dengan tokoh-tokoh Islam tradisiona lainnya, Kiai Hasyim Asy’ari
mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi
ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari
pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama
teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani
kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat. Organisasi
ini telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun
perkotaan di Jawa. Meski sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap
bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah
perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia
mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar
asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya.
Dengan alasan yang tidak
diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy'ari ditangkap.
Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim, beberapa bulan kemudian ia
dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan
itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya
di Tebuireng.
Setelah Indonesia merdeka,
melalui pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para
pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan.
Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan
dimakamkan di Tebuireng.
Referensi: http://www.tokohindonesia.com , http://id.wikipedia.org/wiki/Hasyim_Asyari dan http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/05/biografi-kh-hasyim-asyari-perintis
Langganan:
Postingan (Atom)