Biografi Bapak B.J Habibie - Biografi Presiden
B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 . Dia penuh
kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di
Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula
orang yang tak setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang
kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling
berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh
International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan
dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing, China tahun
1992 dari Pemerintah China.
Ketika dia mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan
didaulat menjadi Ketua Umum, misalnya, sebagai antitesa berdiri pula
Forum Demokrasi (Fordem) pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang
populis dan egaliter serta inklusif. ICMI, yang dalam perjalanan
selanjutnya praktis menjadi kekuatan politik Habibie, oleh Gus Dur
dituding sebagai sektarian karena itu kurang bagus untuk masa depan
sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.
Ketika pada 10 Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawat terbang
N-250 “Gatotkoco” kelas commuter asli buatan dan desain putra-putra
terbaik bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia), dia diserang
pelaku ekonomi lain bahwa yang dibutuhkan rakyat Indonesia adalah beras
bukan “mainan” pesawat terbang.
Pemikiran
ekonomi makro Habibie yang terkenal dengan Habibienomics, dihadirkan
oleh lingkarannya sebagai counter pemikiran lain seperti Widjojonomics
(yang sesungguhnya merupakan Soehartonomic). Ketika Habibie berhasil
melakukan imbal-beli pesawat terbang “Tetuko” CN-235 dengan beras ketan
itam Thailand, dia diledekin, pesawat terbangnya hanya sekelas ketan
itam.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi
luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, satu
propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah
payah oleh rezim Soeharto. Siapapun dia orangnya tentu ingin bebas
merdeka termasuk rakyat Timor Timur, sehingga ketika jajak pendapat
dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka)
unggul mutlak.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi
luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor-Timur
(Tim-Tim), asatu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan
dipertahankan dengan susah-payah oleh Rezim Soeharto. Siapaun dia
orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Tim-Tim. Sehingga
ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib
sendiri (merdeka) unggulk merdeka.
Masalah Tim-Tim, salah-satu yang dianggap menjadi penyebab penolakan
pidato pertanggungjawaban Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu
1999. Pemilu terbaik paling demokratis setelah Pemilu tahun 1955.
penolakan ini membuat BJ, Habibie tidak bersedia maju sebagai kandidat
calon presiden (Capres).
Kjetika Habibie menjabat presiden hampir tidak ada hari tanpa
demontrasi. Demontrasi itu mendesak Habibie merepon tuntutan reformasi
dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti
kebebasan pers, kebebasan berpolitik, kebebasan rekrutmen politik,
kebebasan berserikat dan mendirikan partai politik, mebebasan berusaha,
dan berbagai kebebasan lainnya. Namun kendati Habibie merespon tuntutan
reformasi itu, tetap saja pemerintahannya dianggap merupakan kelanjutan
Orde Baru . Pemerintahannya yang berusia 518 hari hanya dianggap sebagai
pemerintahan transisi.
Keinginan Habibi mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah
dimulainya di Industri pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dengan
menjalankan program evolusi empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat
“berawal dari akhir dan berakhir diawal.”
Empat tahapan alih tehnologi itu, pertama, memproduksi pesawat terbang
berdasarkan lisensi ituh dari industri pesawat terbang lain, hasilnya
adalah NC 212 lisensi dari CASA Spanyol. Kedua, memproduksi pesawat
terbang secara bersama- sama, hasilnya adalah “Tetuko” CN-235
berkapasitas 30-35 penumpang yang merupakan produksi kerjasama antara
aqual antara IPTN dengan Casa Spanyol.
Ketiga, mengintegrasikan seluruh tehnologi dan sistem konstruksi pesawat
terbang yang paling mutakhir yang ada di dunia menjadi sesuatu yang
sama sekali didesain baru, hasilnya adalah “Gatotkoco” N-250
berkapasitas 50-60 pemumpang yang dikembangkan dengan teknologi
fly-by-wire.
Keempat, memproduksi pesawat terbang berdasarkan hasil riset kembali
dari awal, yang diproyeksikan bernama N 2130 berkapasitas 130 penumpang
dengan biaya pengembangan diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.
Empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari
akhir dan berakhir di awal,” memang sukar dipahami pikiran awam.
Habibie dianggap hanyut dengan angan-angan teknologinya yang tidak
memenuhi kebutuhan dasar tehnologi Indonesia, yang ternyata nenbuat
sepeda saja secara utuh belum sampai.
Pemerintah orde baru sangat memanjakan program empat tahapan alih
tehnologi Habibie dengan menempatkan berbagai proyeknya sebagai industri
strategis yang menyedot banyak dana. Satu diantaranya, yang paling
spetakuler, adalah IPTN, yang memerlukan subsidi.
Ketika masa reformasi, IMF mencantumkan dalam LOI (Letter Of Intent),
bahwa pemerintah Indonesia tidak boleh lagi memberikan subsidi kepada
IPTN, (Perusahaan ini kemudian menjadi IPTD). Otomatis perusahaan yang
sudah menyusun program produksi baru, terpaksa merumahkan dan mem-PHK-
6000 karyawannya.
Lalu, dalam kesempatan deklarasi pendirian Masyarakat Ilmuwan dan
Tehnologi Indonesia (MITI), Habibie menyebut hancurnya IPTN adalah ulah
IMF yang menghambat Pemerintah RI membantu pengembangan pesawat terbang
dengan mencantumkan klausal pencabutan subsidi dalam Letter Of Intent.
Biodata Lengkap Bapak Habibie:
Nama:Prof. Dr.Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie
Lahir:Pare-Pare, 25 Juni 1936
Agama:Islam
Jabatan :
Presiden RI Ketiga (1998-1999)
Pendiri dan Ketua Dewan Pembina The Habibie Center
Istri: dr. Hasri Ainun Habibie (Menikah 12 Mei 1962)
Anak:
Ilham Akbar dan Thareq Kemal
Cucu:
Empat orang
Ayah:Alwi Abdul Jalil Habibie
Ibu:
R.A. Tuti Marini Puspowardoyo
Jumlah Saudara:
Anak Keempat dari Delapan Bersaudara
Pendidikan :
1. ITB Bandung, tahun 1954
2. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman,
dengan gelar Diplom-Ingenieur, predikat Cum laude pada Fakultas
Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang
(1955-1960).
3. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman,
dengan gelar doktor konstruksi pesawat terbang, predikat Summa Cum
laude, pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan
Konstruksi Pesawat Terbang (1960-1965).
4. Menyampaikan pidato pengukuhan gelar profesor tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung, pada tahun 1977.
Pekerjaan :
1. Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan
Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg, Jerman antara tahun 1965-1969.
2. Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Komersial dan Angkut
Militer MBB Gmbh, di Hamburg dan Munchen antara 1969-19973
3. Wakil Presiden dan Direktur Teknologi pada MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen tahun 1973-1978
4. Penasehat Senior Teknologi pada Dewan Direksi MBB tahun 1978.
5. Pulang ke Indonesia dan memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina, yang merupakan cikal bakal BPPT, tahun 1974-1978.
6. Penasehat Pemerintah Indonesia di Bidang Pengembangan Teknologi dan
Pesawat Terbang, bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik
Indonesia Soeharto pada tahun 1974-1978.
7. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Ketua Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998.
8. Wakil Presiden R.I. pada 11 Maret 1998-21 Mei 1998.
9. Presiden RI 21 Mei 1998-20 Oktober 1999.
Organisasi:
Pendiri dan Ketua Umum ICMI
Penghargaan:
Theodore van Karman Award
Sumber::
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/habibie-bj/biografi/index.shtml dan http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/03/biografi-bapak-habibie-biografi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar